Saturday, May 31, 2008

Misa akhir semester

(16 Mei 2008)

Cukup unik cara Rm. Paul menggambarkan sejumlah mahasiswa yang memilih untuk tidak mengikuti ujian sisipan atau akhir. Daripada pusing-pusing dan bekerja keras mengerjakan soal, lebih baik berjalan-jalan di luar dan tidak menyiksa diri dengan pemecahan soal yang sudah dipastikan tidak akan mampu diselesaikan dengan baik. Lebih baik gagal dengan tidak merasa sakit, daripada gagal dan sakit.

Bacaan hari ini tentang talenta yang dibagikan ke tiga orang. Orang pertama mendapatkan lima, kedua tiga dan ketiga satu. Dua orang pertama bertanggung jawab penuh, dengan mengembangkan uang tersebut. Orang pertama mendapatkan laba 5 talenta, dan orang kedua mendapatkan 3 talenta. Orang ketiga sebaliknya, malah menyembunyikan uangnya di tanah. Begitu sang Tuan kembali, ketiga orang tersebut dipanggil, dan diminta untuk melaporkan perolehannya.

Yang cukup unik dari cerita perumpaan berusia lebih dari 2000 tahun tersebut adalah sikap dasar dari orang ketiga yang dibekali dengan satu talenta tersebut. Dia bukannya melakukan tugasnya untuk mengembangkan talentanya, tetapi malah menyembunyikannya. Di sinilah letak persoalannya. Dia meyakini bahwa sang Tuan adalah sosok yang tidak adil, yang mengambil sesuatu dari hal yang tidak ditanamnya. Pertama-tama dia menyalahkan sang Tuan yang sebenarnya bermurah hati memberi BEKAL TALENTA. Berikutnya, dia meyakini bahwa tidak ada satu pun hal yang dilakukan, kecuali memendam dan menyembunyikan talenta tersebut.

Rm. Paul dengan cantiknya membuat kaitan antara sosok bertalenta 1 dengan kebiasaan sejumlah mahasiswa yang menyerah kalah bahkan sebelum pertandingan dimulai. Mahasiswa tersebut memilih “memendam” talentanya, daripada “mengadu peruntungan” dengan bersusah-sakit-payah mengerjakan soal. Ini adalah dosa utama. Karena mereka sudah meyakini bahwa mereka tidak akan pernah mampu. Itulah kesalahan terbesar! Merasa tidak memiliki peluang lagi.

Dengan kata lain, sang mahasiswa tersebut sebenarnya gagal mensyukuri apa yang diberikan kepadanya … yang sesungguhnya dikaruniakan kepadanya. Itulah persoalan utamanya. Persoalan ketika tidak ada rasa syukur atas berkat yang diterimanya! Ini lah dosa terbesar, yaitu ketika orang gagal melihat karunia dan justru malah menyalahkan orang lain.

No comments: