Thursday, June 28, 2007

Menjadi chicagiensis

Satu minggu sudah kami berduabelas tinggal di Chicago. Dengan misi besar yang kami tanggung, kelompok yang disebut sebagai leadership team ini tentu tidak bisa dengan begitu saja mengklaim kesempatan dua bulan tinggal di Chicago ini sebagai masa liburan. Memang tidak mudah untuk beradaptasi, dan kemudian menjalani tugas perutusan yang tidak ringan ini. Masing-masing memiliki persoalan sendiri-sendiri. Pak Prih harus menemui kenyataan bahwa kakak sepupunya meninggal dalam kecelakaan perjalanan ke Jogja dari Sumatera. Keluarga yang telah bertahun-tahun tidak ke Jawa ini akhirnya harus menjumpai pengalaman tragis: sang ayah, ibu, dan anak yang hendak tinggal bersama Pak Prih, dipanggil Tuhan dalam kecelakaan parah sesudah penyeberangan di Merak. Sulit untuk diterima. Bisa dibayangkan, betapa berat tanggungan psikologis yang harus dipanggul. Terutama bila diingat bahwa istri Pak Prih harus menghadapi pengalaman seperti ini sendirian.

Anggota termuda dari team kami, Aris Wahyu Prasetyo, juga tidak lepas dari persoalannya sendiri. Sebagai seorang yang biasa aktif berolahraga, dia tidak cukup menemukan partner yang tepat untuk menemani berolahraga. Akibatnya cukup serius, setelah beberapa hari tanpa mengeluarkan keringat, dia kelihatan sangat loyo, lungrah. Akibatnya, dia tidak bisa mengikuti acara retret di Cenacle Retreat House. Dia memilih tinggal di rumah, dan akhirnya setelah cukup istirahat, dia akhirnya berolah raga dan pergi ke Gymn Center untuk mencari keringat. Beruntung bahwa yang dia cari ketemu. Keringat datang, dan ketika Rm. Justin Daffron membawakan soup khusus untuknya, dia sudah cukup segar untuk melahapnya.

Yang lain tentu tidak terlalu banyak masalah. Rekan-rekan memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk belajar. Ada berbagai pengalaman di sana-sini. Namun, tentu saja itu memperkaya dan menjadikan pengalaman tinggal di negeri Paman Sam ini sebagai sesuatu yang terlalu berharga untuk dikesampingkan. Nah ... kita tunggu saja.

No comments: