Saturday, July 12, 2008

2. Start small, think big. Don’t overplan and overmanage

Guideline # 02

Perubahan yang kompleks (dan mengelola beragam inovasi di sekolah benar-benar menggambarkan kompleksitas macam ini) berarti berhadapan dengan paradoks. Di satu sisi, semakin besar kompleksitas, semakin besar pula kebutuhan untuk menangani implementasi rencana; di lain pihak, semakin besar detail perencanaan implementasi, semakin kompeks proses perubahan tersebut. Harus dicatat bahwa perencanaan yang terlalu berlebihan (overplanning) dan pengelolaan yang terlalu berlebihan (overmanaging) harus dihindari. Sesudah dicapai kesepakatan mengenai tujuan dan prioritas, penting untuk dipahami bahwa kita jangan terjebak ke dalam studi kebutuhan (needs assessment) secara detail, atau diskusi tujuan lagi. Mencoba untuk memahami kompleksitas terlebih dahulu, tanpa segera membuat langkah konkret tertentu justru melahirkan keruwetan daripada kejelasan itu sendiri. Para manager efektif memiliki kapasitas untuk menghentikan diskusi berkepanjangan yang cenderung menghalangi tindakan nyata.

Bukti-bukti baik dalam bidang bisnis dan pendidikan menunjukkan bahwa para pemimpin yang efektif memiliki “bias atau kecondongan untuk segera bertindak.” Mereka memiliki intuisi dan arah yang mendorong mereka melakukan sesuatu, dan mengawali suatu tindakan secepat mungkin, sambil mengumpulkan contoh-contoh berskala kecil, mengadaptasi, memurnikan, memperbaiki kualitas, memperluas, membentuk kembali seiring dengan bergulirnya proses perubahan itu sendiri. Strategi ini bisa diringkas menjadi “mulailah dari yang kecil: berpikirlah mengenai hal-hal besar,” atau dengan kata lain: cara untuk menjalankan perencanaan dengan lebih baik dilakukan melalui tindakan nyata daripada berhenti pada perencanaan semata. Kepemilikan adalah sesuatu yang dikembangkan melalui proses, bukannya muncul di awal. Dalam pengertian ini, inovasi bukanlah hal-hal yang “akan diimplementasikan,” tetapi justru merupakan katalis, titik pijak atau kendaraan untuk meneliti dan menilai sekolah dan untuk mendorong perbaikan. “Siap, tembak, tuju” merupakan metafora yang lebih tepat untuk menangkap dinamika reformasi nonlinier macam ini (Fullan, 1993).

Untuk menangani perubahan-perubahan yang kompleks, bentuk perencanaan dan pengelolaan yang lebih ketat justru akan merugikan karena dua alasan. Pertama, perencanaan dan pengelolaan yang ketat terebut menempatkan kepala sekolah pada posisi yang tergantung, sekalipun bukan itu tujuannya. Kedua, perencanaan dan pengelolaan macam itu justru menghalangi tumbuhnya otonomi di pihak-pihak lain yang terkait. Pengendalian bersama dalam implementasi perencanaan pada tingkat sekolah merupakan hal esensial.

4 comments:

Alexsander Irfan B. said...

halo pak markus! :)

Anonymous said...

..."boundary profile" inquiries are among the most difficult and most important in the evolution of methodologies for understanding complex human systems ...-David Kantor [in Peter M.Senge,1998]-

Agatha Yerinta said...

Love reading yours..
Keep writing pak..
Inspiring je..nuwun..

Anonymous said...

Amiable fill someone in on and this fill someone in on helped me alot in my college assignement. Say thank you you for your information.